HATI-HATI!!! MENDENGKUR DAPAT MENYEBABKAN GAGAL JANTUNG

Oleh: dr. Yanna Indrayana

Mendengkur atau bahasa awamnya mengorok yaitu suara kasar yang timbul pada saat tidur yang disebabkan oleh karena adanya hambatan / sumbatan aliran udara pada saat kita bernafas. Sebagian besar orang menganggap mendengkur adalah hal yang wajar tetapi kenyataannya tidak semua mendengkur adalah proses yang normal. Kita perlu waspada apabila didapatkan mendengkur yang disertai dengan pernapasan berhenti berkali-kali (apneu) dan perasaan lelah sepanjang hari walaupun tidur cukup pada malam hari atau yang disebut dengan Obstructive Sleep Apneu (OSA).

Terdapat banyak faktor yang menyebabkan OSA, yaitu berupa faktor neural, hormonal, muskular dan struktur anatomi. Selain itu terdapat berbagai faktor risiko yang memudahkan terjadinya OSA yaitu umur (dimana prevalensi dan derajat OSA meningkat sesuai dengan bertambahnya umur), jenis kelamin (laki-laki lebih beresiko dibandingkan perempuan), ukuran dan bentuk jalan napas, penyakit yang sudah ada sebelumnya (pembesaran tonsil, emfisema, asma, hipotiroid, paralisis pita suara, dll) dan juga faktor gaya hidup (merokok) serta obesitas.

Saat apneu obstruktif, terjadi tekanan intrathorak saat inspirasi yang lebih negatif akibat dari  tertutupnya saluran nafas (faring).  Sehingga tekanan negatif ini akan menarik aliran balik ke jantung semakin meningkat dan akibatnya terjadi distensi ruang jantung kanan dan akan menekan volume ruang jantung kiri sehingga kemampuan jantung kiri memompa darah ke seluruh tubuh akan menurun. Selain itu juga akan terjadi peningkatan konsumsi oksigen di otot jantung dan  mengurangi aliran darah  koroner sehingga menyebabkan iskemia otot jantung, menurunkan kontraktilitas dan fungsi relaksasi jantung. Bila kondisi stres ini berlangsung lama akan menyebabkan progres remodeling, terjadi hipertrofi (pembesaran) jantung dan jatuh pada kondisi gagal jantung.

Terjadinya apneu yang berulang akan menimbulkan kondisi hipoksia intermiten dan retensi CO2. Kondisi ini akan menstimulasi kemoreseptor di otak dan perifer untuk meningkatkan aktivitas sistem saraf simpatis terutama saat tiba-tiba terbangun dari fase apneu yaitu mencetuskan post-apneic surge berupa peningkatan tekanan darah, denyut jantung dan dapat menimbulkan gangguan ritme jantung. Hipoksia intermiten dan reoksigenasi post-apneu ini juga dapat menginduksi terjadinya stres oksidatif dan memicu terbentuknya radikal bebas yang sangat toksik terhadap sel-sel pembuluh darah dan jantung. Akibatnya mudah terjadi pembentukan plak lemak di dinding pembuluh darah terutama yang bahaya adalah di pembuluh darah koroner.

Baku emas untuk diagnosis OSA adalah melalui pemeriksaan tidur semalam dengan alat polysomnography (PSG). Apnea-hypopnea index (AHI)-jumlah kejadian obstruksi saluran nafas per jam- digunakan untuk menilai derajat beratnya OSA. Dimana OSA ringan : 5-15 kejadian/jam, OSA sedang 15-30 kejadian/jam dan OSA berat >30 kejadian/ jam.

Secara umum terapi untuk mengatasi gangguan tidur pada OSA dapat dibagi menjadi 3 yaitu :

1. Perubahan gaya hidup :

  • Menurunkan berat badan;
  • Menghindari merokok, mengkonsumsi alkohol dan obat tidur;
  • Menghindari kelelahan yang sangat dan mengkonsumsi kafein;
  • Menghindari makan makanan berat malam sebelum tidur;
  • Olahraga rutin.

2. Intervensi bedah untuk memperbaiki gangguan anatomi saluran nafas, dan

3. Terapi spesifik menggunakan nasal CPAP (continuous positive airway pressure).

4. Bila telah terjadi komplikasi kardiovaskuler dari OSA maka diperlukan manajemen hipertensi dan gagal jantung secara spesifik. Dan juga manajemen faktor komorbiditas lain yang memperberat seperti gangguan lemak (dislipidemia) dan kencing manis.

 

Referensi :

  1. Takatoshi Kasai, and T. Douglas Bradley. Obstructive Sleep Apnea and Heart Failure: Pathophysiologic and Therapeutic Implications. J. Am. Coll. Cardiol. 2011;57;119-127
  2. Jason M. Golbin, Virend K. Somers, and Sean M. Caples.  Obstructive Sleep Apnea, Cardiovascular Disease, and Pulmonary Hypertension. ATS Journal. 2008
  3. Scott Marton. Obstructive Sleep Apnea and Heart Disease. Hamot Sleep Disorders Centers. American Academy of Sleep Medicine.

 

 

Category: Uncategorized
You can follow any responses to this entry through the RSS 2.0 feed. Both comments and pings are currently closed.

Comments are closed.