Oleh: dr. Wella Karolina
Penyakit jantung koroner tidak selalu disertai dengan gejala yang jelas menunjukkan bahwa seseorang menderita penyakit jantung koroner. Terutama untuk individu yang jarang melakukan aktifitas fisik berat yang membuat beban jantung bertambah. Salah satu tes yang bisa dilakukan untuk mengetahui apakah seseorang menderita penyakit jantung koroner adalah dengan melakukan tes treadmill.
Tes treadmill merupakan salah satu Uji Latih Jantung (cardiac stress test), yaitu sebuah tes untuk mengetahui respon jantung terhadap latihan. Ada dua cara yang dikenal sebagai uji latih jantung yaitu dengan treadmill atau dengan sepeda ergometri. Tes ini merupakan pilihan pertama pada pasien dengan resiko penyakit jantung koroner seperti seperti memiliki riwayat merokok, riwayat keluarga dengan penyakit jantung koroner, hipertensi, diabetes mellitus dan memiliki riwayat kadar kolesterol yang tinggi. Menurut American Heart Association tes ini memiliki sensitifitas (kemampuan alat tes mengidentifikasi positif orang yang memiliki penyakit) sebesar 73-90% dan spesifisitas (kemampuan alat tes untuk mengidentifikasi negatif orang yang tidak memiliki penyakit) sebesar 50-74%.
Kapan sebenarnya kita memerlukan tes ini?
- Bila didapatkan riwayat nyeri dada.
- Pada penderita yang telah didiagnosa dengan penyakit jantung koroner
- Setelah menderita serangan jantung (infark miokard), tes ini berguna untuk menentukan derajat resiko
- Memiliki faktor resiko tinggi untuk menderita penyakit jantung koroner misalnya pada penderita diabetes mellitus
- Memiliki riwayat gangguan jantung lain seperti penyakit jantung katub, gagal jantung yang terkompensasi, gangguan irama jantung, penyakit jantung kongenital
Bagaimana cara tes ini dilakukan? Pada pelaksanaan test ini, elektroda ditempatkan di berbagai bagian di dada dan sebuah alat pengukur tekanan darah dipasang di lengan. Pasien disarankan untuk tidak makan, minum dan merokok dua jam sebelum tes. Tes ini dilakukan dengan berjalan diatas treadmill dengan peningkatan kecepatan berjalan secara bertahap sementara elektrokardiogram merekam reaksi jantung terhadap beban yang semakin meningkat. Selama pelaksanaan tes, akan dilakukan monitor rekam jantung, tekanan darah, pernafasan, denyut jantung dan keluhan yang dirasakan selama pelaksanaan tes. Sebelum pelaksanaan tes, akan dilakukan pencatatan riwayat penyakit pasien dan kemampuan aktifitas fisik, serta akan dilakukan pemeriksaan awal dalam keadaan istirahat. Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui apakah pasien memilikik gejala yang menjadi kontraindikasi mutlak maupun relatif dari tes ini.
Tes ini sangat membantu dokter untuk menentukan apakah seseorang menderita penyakit jantung koroner atau memperkirakan beban jantung maksimal, sehingga sangat bermanfaat karena bisa dilakukan evaluasi sejak awal dan bisa dilakukan terapi sedini mungkin, dan diharapkan bisa menurunkan komplikasi dan meningkatkan harapan hidup bagi para penderita penyakit jantung koroner.
Mengetahui lebih dini apakah kita menderita penyakit jantung koroner lebih baik daripada terlambat mengetahui. Bukankah lebih awal lebih baik? Tes ini mudah dilakukan, tidak invasif, dan memiliki keakuratan yang bagus. Lalu kenapa harus menunggu lagi?Tanyakan pada dokter anda apakah anda memiliki resiko penyakit jantung koroner dan apakah anda bisa melakukan tes ini.
Daftar referensi
- American Heart Association. 2007. What is Stress Test? (www.heart.org/idc/groups/heart-publics, diakses tanggal 27 Mei 2012)
- Braunwald et al. 2012. Braunwalds Heart Disease – A Textbook of Cardiovascular Medicine 9th edition. Elsevier, Philadelphia, Hal 168-199