Dokter… Saya sakit jantung, bolehkah saya bercinta?

Oleh: dr. YF. Galuh

Mitos    : pengidap jantung selama ini selalu berusaha menahan libido berhubungan seksualnya karena takut bila hal tersebut akan menyebabkan jantung mereka berhenti. Apakah itu benar?

Bercinta atau beraktivitas seksual merupakan bagian penting dalam upaya mewujudkan kualitas hidup yang baik bagi pasien dengan sakit jantung dan pasangannya, termasuk pula pasien geriatri (pasien usia tua).

Penderita sakit jantung yang baru saja mendapat serangan akut seringkali kehilangan ketertarikannya untuk bercinta. Cardiac blues adalah suatu kondisi paska serangan/dekompensasi jantung yang memiliki manifestasi munculnya kecemasan, atau ketakutan menurunkan keinginan mereka untuk bercinta. Kondisi ini normal dan hanya berlangsung sementara. Selain itu mereka cenderung akan menarik diri dari keluarga dan kehidupan sosialnya, memiliki afek depresi, mudah marah dan tersinggung serta gangguan pola tidur.

Beberapa studi penelitian mengamati respon kardiovaskular/jantung dan neuroendokrin/hormon yang terjadi pada saat aktivitas seksual. Pada saat foreplay/fase pemanasan dari bercinta, tekanan darah sistolik dan diastolik serta detak jantung meningkat ringan dan semakin meningkat pada saat terjadi kontak seksual dan peningkatan terbesar terjadi pada saat 10-15 detik fase orgasme dan menurun cepat sampai mendekati garis normal setelahnya.  Kenaikan detak jantung saat aktivitas seksual adalah sekitar 10% pada saat foreplay dan 40% pada saat orgasme dari baseline sedangkan kenaikan tekanan darah sistolik tertinggi adalah 150-180mmHg. Aktivitas metabolic sebelum orgasme adalah sekitar 2 mets dan 6 mets pada saat orgasme, sehingga  aktivitas seksual rata-rata menggunakan 2-6 METS, setara dengan naik dua lantai tangga.

Bagaimana resiko aktivitas seksual terhadap kardiovaskular/jantung? Dikenal adanya coital angina (angina d’amour) , angina atau nyeri dada ini terjadi sesaat sampai dengan beberapa jam setelah aktivitas seksual. Frekuensi coital angina ini 5% dari semua angina yang ada. Angina d’amour ini sering didapatkan pada pasien pasien dengan penyakit jantung koroner yang berat dan memiliki gaya hidup sedentary/jarang bergerak. Pasien dengan penyakit jantung koroner stabil diperbolehkan melakukan aktivitas seksual. Pasien jantung yang termasuk dalam kelompok pasien ini adalah:

1)      Pasien dengan angina kelas 1 atau kelas 2 dari Canadian Classification System (CCS). Pasien pada CCS kelas 1 ini adalah pasien yang mengalami angina/nyeri dada pada saat latihan berat yang berkepanjangan dan tergesa-gesa, pasien ini  bisa melakukan aktivitas sehari-hari tanpa keluhan serta dapat berjalan lebih dari 8 km/jam dan sejauh lebih dari 2 blok pada level tanah yang datar. Pasien CCS kelas 2 adalah pasien yang mengalami angina/nyeri dada pada saat berjalan lebih dari 6km/jam, saat berjalan mendaki, aktivitas setelah makan, di hawa dingin atau melawan angin, stress emosional yang tinggi, atau beberapa saat-jam setelah bangun tidur.

2)      Pasien gagal jantung NYHA kelas fungsional I atau kelas fungsional II. Pasien dengan kelas fungsional NYHA I adalah pasien yang dapat melakukan aktivitas yang membutuhkan minimal 7 mets atau lebih, kegiatan ini setara dengan membawa beban seberat 12kg menaiki delapan anak tangga atau jogging dengan kecepatan 8km/jam. Sedangkan kelas fungsional NYHA 2 membutuhkan minimal 5 mets atau lebih tetapi tidak dapat dapat melakukan kegiatan di atas 7 mets. Kegiatan 5 mets ini setara dengan berkebun atau berjalan 6km/jam. Pada pasien dengan gagal jantung ini bila mengalami sesak nafas atau kelelahan pada saat aktivitas seksual disarankan menggunakan posisi ‘semi reclining’/bersandar atau ‘on bottom’ position dan beristirahat jika sesak nafas muncul.

3)      Pasien jantung koroner paska infark/ serangan yang tidak bergejala, atau pasca revaskularisasi, menurut Princeton Conference dapat melakukan aktivits seksual 3-4 minggu setelah serangan, sedangkan ACC AHA guidelines merekomendasikan 1 minggu setelahnya dapat melakukan aktivitas seksual pada kondisi pasien stabil.

4)      Pasien dengan penyakit jantung congenital (jantung bawaan), aktivitas seksual diperbolehkan pada hampir semua penyakit jantung kongenital yang tidak mengalami dekompensasi atau gagal jantung yang berat.

5)      Memiliki kemampuan mencapai 3-5 METS saat uji latih jantung tanpa periode angina atau nyeri dada, hipotensi, sianosis, aritmia, sesak nafas berlebihan atau perubahan iskemia EKG.Perlu diketahui bahwa aktivitas seksual beresiko sekitar 1 % memicu terjadinya infark/ serangan jantung.

Berikut saya berikan tips bercinta yang aman bagi pasien dengan sakit jantung:

  • Pertama dan utama adalah bercintalah dengan pasangan resmi anda, karena mengapa? Karena bercinta dengan pasangan yang tidak resmi akan memacu aktivitas simpatis yang sangat tinggi yang akan membuat kegiatan bercinta setara dengan aktivitas 9 mets, kegiatan yang setara dengan berenang gaya bebas, skipping, dan hard aerobic, dan tentunya hal ini berbahaya bagi jantung anda.
  • Penderita sakit jantung disarankan memilih waktu yang tepat, saat dimana penderita merasa nyaman dan santai dengan tetap minum obat yang telah dianjurkan dokter. Sebelumnya mintalah dokter anda untuk melakukan uji latih jantung terlebih dahulu untuk mengetahui sejauh mana anda diperbolehkan bercinta.
  • Mulailah bercinta dengan perlahan-lahan untuk membangun keintiman sebelum memulai hubungan seksual. Kadang-kadang hal ini berhubungan dengan timbulnya rasa takut dan kecemasan terkait rasa takut kehilangan satu sama lain.
  • Bilamana pada saat bercinta muncul nyeri dada, segera hentikan kegiatan seksual tersebut dan minumlah nitrogliserin sesuai anjuran dokter. Bila nyeri dada telah hilang anda dapat memulai kembali kegiatan seksual anda dengan lebih perlahan. Jangan lupa, laporkan nyeri dada yang muncul saat itu kepada dokter anda, mungkin diperlukan penyesuaian dosis obat atau mungkin anda perlu ,minum obat nitrogliserin terlebih dahulu sebelum mulai bercinta.
  • Pada pasien dengan gagal jantung ini bila mengalami sesak nafas atau kelelahan pada saat aktivitas seksual disarankan menggunakan posisi ‘semi reclining’/bersandar atau ‘on bottom’ position dan beristirahat jika sesak nafas muncul.
  • Komunikasi yang terbuka mengenai hal ini akan sangat membantu, bersama dengan rehabilitasi jantung yang akan membangun kepercayaan diri pasien.
  • Mengekspresikan perasaan cinta dan sayang tidak harus dengan berhubungan seksual. Penderita sakit jantung dapat mengekspresikan perasaan mereka lewat sentuhan, pelukan ataupun berciuman tanpa dengan harus orgasme.
  • Impotensi dan vagina yang kering dapat diatasi dengan mengganti obat yang dikonsumsi dan harus dikonsultasikan terlebih dahulu dengan dokter.
  • Penderita sakit jantung 75% tidak mengalami perubahan cara mereka bercinta, dan jangan ragu untuk mencoba cara bercinta yang lebih memudahkan dan dirasa nyaman bagi penderita sakit jantung.
  • Pengobatan yang lebih modern sekarang sudah lebih spesifik dan kurang memberikan efek samping. Jadi, bila anda penderita sakit jantung bermasalah dengan adanya impotensi dan adanya cairan vagina tidak cukup untuk melakukan hubungan seksual maka konsultasikan hal ini dengan dokter.
  • Sildenafil (Viagra) tidak boleh digunakan pada penderita sakit jantung yang menggunakan tablet nitrogliserin. Obat tersebut hanya aman digunakan pada penderita angina stabil dan tidak menggunakan nitrat.
  • Beberapa masalah yang juga turut mempengaruhi kualitas hubungan seksual adalah konsumsi alcohol, jenis obat yang diminum (sudah dijelaskan di atas), kelelahan dan stress terkait penyembuhan, rasa takut, adanya pertikaian dengan pasangan, dan depresi, jadi segera cari upaya pemecahan masalahnya.

Para penderita sakit jantung, jika bercinta merupakan hal yang menjadi salah satu masalah anda, jangan ragu untuk menghubungi kami atau dokter anda. Semangat !!! (Salam, galuh)

Sumber:

  1. Sexual activity and cardiovascular disease: A Scientific Statement From the American Heart Association, Circulation 2012; 125:125:1058-1072
  2. Sexual Activity and Heart Disease, New Zealand Guidelines Group, Cardiac rehabilitation, Agustus 2002
  3. Cardiac Rehabilitation, Physical Medicine and Rehabilitation Board Review, Cuccurullo S, Demos Medical Publishing, 2004


Category: Uncategorized
You can follow any responses to this entry through the RSS 2.0 feed. Both comments and pings are currently closed.

Comments are closed.