Pertanyaan yang sering muncul saat seorang wanita hendak memilih jenis kontrasepsi adalah kontrasepsi apa yang tepat untuk dirinya serta resiko apa saja yang dapat ditimbulkan.
Pengetahuan tentang kontrasepsi khususnya kontrasepsi hormonal merupakan hal penting yang harus diketahui wanita sebagai upaya perlindungan tidak hanya terhadap kesehatan reproduksinya namun juga kesehatan jantungnya.
Kontrasepsi hormonal adalah salah satu metode kontrasepsi yang reversibel, menggunakan kombinasi estrogen khususnya ethinylestradiol dan progestogen; atau hanya mengandung progestogen, tanpa komponen estrogen. Kontrasepsi hormonal tersedia dalam berbagai dosis dan bentuk tergantung cara pemberian baik diminum, disuntikkan, transvaginal, transdermal, ataupun secara implan.
Dan metode kontrasepsi hormonal yang paling banyak dipilih oleh wanita usia reproduksi adalah Pil KB. Sekitar 100 juta wanita di dunia menggunakan pil KB. Pil KB dipilih karena sederhana dalam penggunaan serta tingkat reversibilitasnya tinggi (cepat menjadi subur kembali).
Resiko apa saja yang berhubungan dengan jantung dan pembuluh darah akibat kontrasepsi hormonal?
Beberapa penelitian epidemiologis menunjukkan adanya hubungan antara pil KB kombinasi dengan peningkatan resiko terjadinya thrombosis/ bekuan darah vena dan arteri. Namun perlu dicatat bahwa selama usia reproduktif seseorang, angka kejadian trombosis arteri lebih kecil dibandingkan trombosis vena ( menurut Girolami dan kawan- kawan, 2007, dikatakan 1 kejadian trombosis arteri dari 5-10 kejadian trombosis vena ). Vandenbroucke dan kawan – kawan, 2001, menyatakan bahwa resiko tromboemboli vena juga dipengaruhi oleh genetik, dimana untuk populasi Asia dan Afrika frekuensi terjadinya tromboemboli vena tersebut sangat kecil. Informasi berikut ini akan disampaikan hubungan antara pil KB bisa memicu terjadinya bekuan darah vena.
Kandungan ethynilestrasdiol dalam kontrasepsi hormonal memicu terjadinya perubahan sistem pembekuan darah. Resiko terjadinya thromboemboli vena atau lepasnya bekuan darah vena bergantung pada dosis ethynilestradiol. Awalnya hanya kandungan ethynilestradiol yang diduga berhubungan dengan thrombosis vena, ternyata penelitian di tahun 1995 menunjukkan bahwa pil KB kombinasi yang mengandung progestogen generasi ketiga ( gestodene, desogestrel ) meningkatkan resiko 2-3 kali terjadinya thrombosis vena dibandingkan progestogen generasi kedua ( levonorgestrel).
Oleh karena itu, sangat penting untuk mengetahui resiko terjadinya tromboemboli vena pada seseorang agar dapat memberikan jenis dan dosis kandungan kontrasepsi hormonal yang sesuai.
Pada wanita berusia 35 tahun keatas dan beresiko terbentuknya bekuan vena seperti penderita obesitas, tekanan darah tinggi, kencing manis, perokok, dan kelainan ginjal, sebelum pil KB diberikan harus dipertimbangkan jenis kontrasepsinya apakah yang mengandung progestogen saja ataukah kombinasi. Jika memilih kombinasi, pilihlah kombinasi yang lebih aman. Pada wanita dengan resiko bekuan vena seperti diatas, kontrasepsi kombinasi dengan levonorgestrel-lah yang lebih aman, dimana jenis progestogen ini resiko lepasnya bekuan vena paling kecil dibandingkan dengan ethynilestradiol.
Sebagai kesimpulan, pil KB sebagai kontrasepsi hormonal harus dipilih dan ditentukan sesuai dengan resiko dan manfaatnya bagi tiap individu.
Wanita yang sudah memiliki faktor resiko atau penderita penyakit kardiovaskular, bagaimanapun juga harus tetap menjaga pola hidupnya dari segi diet, olahraga, mengendalikan tekanan darah tinggi, kadar gula darah dan kadar lemak darah sebelum mempertimbangkan menggunakan kontrasepsi hormonal.
Semoga dengan informasi ini, setiap calon akseptor KB tidak ragu dan khawatir lagi dalam memilih kontrasepsi yang aman dan tepat.